Sejarah Desa

PROFIL DESA

 

2.1 Kondisi Desa

2.1.1 Sejarah Desa

 

Desa Sembung berdiri pada abad ke 18. Berdasarkan  cerita dari para sesepuh Desa Sembung, bahwa konon nama Sembung menjadi sebuah desa yaitu pada abad ke 18-an. Lurah (Petinggi) yang menjabat  bernama Sulaiman bertempat tinggal di Dukuh Pagedangan Desa Sembung Kecamatan Limpung, Bp Sulaiman bin hawa  berkuasa dari abad 18-an sampai dengan tahun 1908. Beliau wafat Tahun 1908 dengan meninggalkan dua orang anak, yaitu Suparmi. (Nara Sumber: Sugiri, Suprapto)

Lurah (Petinggi) yang ke 2 bernama Bp. Yahmin alias Kromo Wijoyo bin Kasdan bin Sremon, bin Ki Kendil. Bp Yahmin/ Kromo Wijoyo berkuasa selama 25 Tahun mulai Tahun  1908 sampai dengan 1933. Ki Kendil (buyut dari Kromo Wijoyo) menjadi penatus di Desa Karang Tengah pada abad ke 18-an, tepatnya tahun 1825-an, masa satu perjuangan dengan Pangeran Diponegoro.  Konon Ki Kendil berasal dari keluarga Kraton Kartosuro yang di keluarkan dari keluarga Kraton karena anti penjajah Belanda. Ki Kendil bersama dengan dua saudaranya yang benarna Ki Ageng Jatisari dan Kiageng Gringsing mereka bertiga keluar dari Kraton Kartosuro untuk mencari perlindungan di Daerah subah dan gringsing. Karena mereka pandai, bijaksana dan mempunyai jiwa kepemimpinan maka olah masyarakat setempat mereka dijadikan Penatus (Lurah/Kepala Desa). Bp Yahmin (Kromo Wijoyo) wafat Tahun 1933 dengan meninggalkan anak 5 orang dari 2 ibu. Istri pertama bernama Siko menurunkan 2 anak yaitu Suratmo dan Suradi. Sedang dengan istri ke dua bernama Suparmi binti Sulaiman (Lurah pertama Desa Sembung) menurunkan 3 orang anak, yaitu Sugiri, Suprapto, dan Hj. Suprapti. (Nara Sumber: H. Sukarno, Sugiri, Prayitno).

Lurah (Petinggi) yang ke 3 dijabat oleh Bp. Rachmat bin Joyo berasal dari Desa Rowosari Kecamatan Limpung. Rumah Bapak Rachmat berada di Dukuh Pagedangan, masa jabatannya 9 tahun (1933 – 1942). Berkuasa pada masa pasca perebutan Kemerdaan RI sehingga pemerintahan tidak berjalan maksimal karena sering ditinggal mengungsi (ngili-bahasa jawa). Masa itu peralihan penjajahan Belanda ke penjajahan Jepang. Bp Rachmat wafat tahun 1942 meninggalkan 5 anak yang bernama, Suriatun, Subadri, H. Sunaryo, Supa’at, dan Musri’ah. (Nara Sumber: Sugiri; Sutamin).

Lurah (Petinggi) yang ke 4 barnama Bapak Suratmo bin Yahmin/ Kromowijjoyo menjabat Lurah selama 10 Tahun dari Tahun 1942 samp dengan 1952. Bapak Suratmo mempunyai satu istri tetapi  tidak mempunyai keturunan. Rumah tempat tinggal beliau di Dukuh Sembung, wafat Tahun 1952. (Nara Smber: Sugiri; Suprapto; Sutamin)

Lurah (Petinggi) yang ke 5 bernama Bapak Suradi bin Yahmin/Kromowijoyo (adik Bapak Suratmo) beliau dikenal sebagai Bapak Pembangunan karena banyak pembangunan sarana prasarana yang bisa dicapai. Bidang keagamaan berdinya renovasi ke 2 masjid Jami’ At Taqwa Kamijoro, berdirinya musola-musola di tiap pedukuhan, dan dimulainya ada kegiatan pengajian selapan di seluruh tempat ibadah di wilayah Sembung. Selapanan yang masih berjalan sampai sekarang yaitu slapanan Rabu Wage di Masjid Jamik At Taqwa Kamijorro. Rumah tempat tinggal di Dukuh Sembung, beliau wafat Tahun 1959 dengan meninggalkan 2 orang istri dan 6 orang anak. Istri pertama bernama Surtinah mempunyai empat anak yaitu: Suyono, Siti Sulastri, Siti Sundari dan Siti Solikhin. Sedang istri ke 2 mempunyai dua anak yaitu: Slamet dan Siswantini. (Nara Sumber: Sugiri, Sutamin; H. Sukarno).

Lurah (Kepala Desa)  ke 6 bernama Bapak Wa’id Karto Winoto bin Saijan, berkuasa selama 13 Tahun dari Tahun 1959 s/d 1972, beliau bertempat tinggal di Dukuh Kuwukan (Dukuhsari) wafat 1989 meninggalkan dua orang istri dan dua orang anak. Istri pertama bernama Bawon Tarsiah mempunyai anak Sri Basuki dan Sri Wahyuni, sedang  istri yang ke dua tidak mempunyai anak/ keturunan. (Nara Sber: A. Gugus Setiawan, Bachrurodji; Sugiri; Sutamin).

Kepala Desa ke 7 bernama Bapak Pi’i bin Jahid berkuasa selama 17 Tahun dari Tahun 1972 s/d 1989 beliau termasuk tokoh pejuang Golkar, sehingga sampai mendapatkan bonus tamabahan jabatan Kepa Desa. Sedianya masa jabatan Kades 10 Tahun , diperpanjang hingga 17 Tahun. Beliau wafat meninggalkan 3 orang istri dan 6 orang anak. Istri pertama bernama Ngasmi mempunyai 3 anak bernama Nok Mi, Prtono, Parno, Istri ke dua dikaruniai ...anan, yaitu Lasmono/Mulyadi, Paryoto/Paryanto, Sutego, Istri yang ke tiga mempunyai 1 anak yaitu Rubiyanto alias Mujo. (Nara Sumber: Sagiman).

Kepala Desa yang ke 8 bernama Bapak Bachrurdji bin Ahmad Sayuti (menantu Bapak Wa’id) memegang jabatan Kepala Desa selama 9 Tahun. Yaitu dari tahun 1989 s/d 1998. Beliau bertempat tinggal di Dukuh Dukuhsari mempunyai istri yang bernama Sri Wahyuni dan dikaruniai  3 anak, yaitu A. Gugus Setiawan, Arif Widiyanto, dan Ari Kurniati. A. Gugus Setiawan mejabat sebagai Sekdes Desa Sembung mulai Tahun 2008, sedangkan Wiwik menjadi guru (PNS), dan Ari Kurniati wiraswasta di wilayah Kendal. . (Nara Sumber: A. Gugus Setiawan).

Kepala Desa yang ke 9 bernama Bapak Moh. Anwar bin Parmin memegang jabatan selama 9 tahun mulai tahun 1998 s/d 2007. Beliau bertempat tinggal di Dukuh Kendalsari, wafat Tahun 2016 meninggalkan 5 istri dan 7 anak. Istri yang pertama dikaruniai 1 anak  yang bernama Purwati, istri yang kedua bernama dikaruniai 1 anak, yang berada di Desa Plelen , Istri ke tiga bernama Tini tidak dikaruniai anak. Istri ke 4 bernama Riyo Asih dikaruniai 1 anak bernama Imronah, istri yang ke 5 bernama Sriatun dikaruniai 3 anak, yaitu Sulistiywati, Edi Wibowo, Sri Hartinah. (Nara Sumber: Sagiman).

Kepala Desa yang ke 10 bernama Bapak Slamet Sutrisno bin Subadri yang bertempat tinggal di Dukuh Kamijoro. Memerintah Desa Sembung selama 6 tahun yaitu mulai tahun 2007 s/d 2013. Isti bernama Siti Sukhaeriyah dikaruniai satu orang anak bernama Nurtiningsih. (Nara Sumber: H. M. Untung).

Kepala Desa yang ke 11 bernama  Bp. Suryanto bin Kabul bertempat tinggal di Dukuh Dukuhsari. Memegang kekuasaan selama 6 tahun mulai tahun 2007 s/d 2013. Istri bernama Nur Rokhayatun dikaruniai 3 anak yang bernama Tegar Priyatna Latif, Satia Dwija Sista dan Naisha Raharjeng Hemaksi. (Nara Sumber: Nurkhoyin).

Kepala Desa yang ke 12 bernama Bapak H. M. Untung, S.Pd., M.Pd. bermpat tinggal di Dukuh Sebung, menjabat Kepala Desa dari Tahun 2019 s/d sekarang. Istri bernama Kusniyati dan dikaruniai 3 orang anak yang berama Ledy Diyana Sari, Dhermawati Putri Mustikasari dan Ady Putra Dhermawan. . (Nara Sumber: H. M. Untung).

Penulis Sejarah

H.M. Untung, S.Pd.,M.Pd.

Kepala Desa Sembung

TAHUN 2020

 

 

 

 

 

 

Para Pejabat Kepala Desa Sembung semenjak berdirinya Desa Sembung adalah  sebagai berikut:

Tabel 1

Daftar Nama Kepala Desa Sembung

NO.

N A M A

MASA  JABATAN

KETERANGAN

1

SULAIMAN

…….. – 1908

Petinggi/ Lurah

2

YAHMIN/ KROMO WIJOYO

1908 – 1933

Petinggi/ Lurah

3

RACHMAT

1933 – 1942

Petinggi/ Lurah

4

SURATMO

1942 – 1952

Petinggi/ Lurah

5

SURADI JOYO

19521959

Petinggi/ Lurah

6

WA’ID

1959 - 1972

Lurah/ Kepala Desa

7

PI’I

1972 - 1989

Kepala Desa

8

BAHRURODJI

1989 - 1998

Kepala Desa

9

MOH. ANWAR

1998 - 2007

Kepala Desa

10

SLAMET SUTRiSNO

2007 - 2013

Kepala Desa

11

SURYANTO

2013 - 2019

Kepala Desa

12

H. M. UNTUNG, S.Pd.,M.Pd.

2019 - sekarang

Kepala Desa

 

 

 

 

 

 

PRA SEJARAH DESA SEMBUNG

 

1. PRA SEJARAH RADEN ISMAIL

 

Sejarah Raden Ismail

 

http://4.bp.blogspot.com/-nQPJAU_dwnU/VHZ0Ox8CVMI/AAAAAAAAAOA/KxTwjWe93rw/s1600/IMG_20141120_173148.jpg

MAKAM RADEN ISMAIL DUKUH KAMIJORO

Raden Ismail adalah salah satu pejuang Islam di Desa Sembung, Kecamatan Banyuputih. Menurut Bapak Kuat, selaku salah satu tokoh masyarakat yang mengetahui mengenai Raden Ismail, beliau bukanlah warga asli Desa Sembung, namun merupakan pejuang Islam dari Cirebon. Kedatangan beliau ke Desa Sembung selain untuk menyebarkan agama Islam, beliau juga membantu masyarakat desa sekitar yaitu dengan kelebihan yang dimiliki olehnya. Kelebihan Raden Ismail adalah dapat membuat tanaman menjadi subur.  Desa Sembung yang awal sebelum kedatangan Raden Ismail kurang subur, kemudian di syarati (berdoa kepada Allah memohon sesuatu) oleh Raden Ismail sehingga pertanian warga menjadi subur.

Raden Ismail memperjuangkan agama Islam di Desa Sembung tidak sendirian, beliau di temani oleh tokoh pejuang tentara Hizbullah dari Kendal yaitu Mbah Sunan Zubair. Saat Raden Ismail memperjuangkan agama Islam, ada salah satu pihak yang dianggap sebagai musuh yaitu Mbah Wiryo. Mbah Wiryo merupakan penentang Raden Ismail dalam menyebarkan agama Islam. Bukan hanya itu saja, Mbah Wiryo mempunyai sifat yang pendiam, tidak banyak bicara, mudah marah dan juga tidak suka bila masyarakat Sembung lebih segala-galanya diatas Mbah Wiryo, atau Mbah Wiryo menginginkan masyarakat Sembung itu harus selalu dibawahnya. Namun karena kegigihan Raden Ismail, akhirnya masalah dengan Mbah Wiryo dapat diselesaikan.

Perjuangan menyebarkan agama Islam di Desa Sembung oleh Raden Ismail ini di buktikan dengan adanya Masjid At-Taqwa dan sebuah sumur yang ada di masjid tersebut.     (NaraSumber:Kuat).
 

Penulis

Maeli F

KKN Unnes 2014

2. PRA SEJARAH SYEKH ABDULLAH ABU TALHAH

 

Sejarah Syeh Abdullah Abu Talhah

http://3.bp.blogspot.com/-meu41mVdasg/VHRQLQGGUVI/AAAAAAAAAMI/mNyKctSItf8/s1600/DSCN2248.jpg

MAKAM SYEKH ABDULLAH ABU TALHAH

 

 


WAWANCARA DENGAN MBAH KYAI JAUHARI

 

(juru kunci Makam Syekh Abdullah Abu Talhah)

 

http://4.bp.blogspot.com/-qgNSE0vbHOU/VHRRCt3gB8I/AAAAAAAAAMY/tZ5LGXgirS4/s1600/DSCN2243.jpg

Sebelah kiri Penulis, dan sebelah kanan Nara Sumber

 

Syekh Abdullah Abu Talhah adalah salah satu prajurit Islam atau anggota dari Pangeran Diponegoro. Beliau berasal dari Keraton Solo, yang mempunyai istri bernama Nyai Subiyanti. Syekh Abdullah Abu Tolhah mempunyai kekuatan untuk menolak angin. Semasa hidupnya, beliau pernah di buru oleh bangsa Belanda agar ikut dalam pasukannya. Tetapi beliau membangkang untuk tidak mau untuk masuk dalam pasukan Belanda. Akhirnya Syekh Abdullah Abu Tolhah melarikan diri dari Keraton Solo ke daerah Batang, tepatnya di Dukuh Pagedangan Desa Sembung.

 

Selama ini Dukuh Pagedangan selalu di terjang angin kencang. Banyak masyarakat yang engeluhkan adanya angin kencang tersebut. Selama di Dukuh Pagedangan, Syekh Abdullah Abu Talhah memberikan manfaat yang luar biasa bagi masyarakat Pagedangan. Beliau menggunakan kekuatannya untuk menolak angin agar masyarakat Dukuh Pagedangan terbebas dari ancaman terjangan angin. Syekh Abullah Abu Talhah menghabiskan sisa waktu hidupnya di Dukuh Pagedangan hingga ujung usianya.

 

Penulis

                                                                                          Leolita Chairunisha

Kkn Unes 2014

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3. PRASEJARAH SYEH ALI KHASAN WALI SABUK ALU

Sejarah Wali Sabuk Alu

Website desa dibangun dengan tujuan sebagai media pelayanan publik resmi desa, yang dibangun dan dikelola oleh tim desa setempat. Dengan memanfaatkan website penyelenggaraan pelayanan publik dapat dilakukan secara cepat dan mudah

selengkapnya

Kantor Pemerintahan .
Kode Pos 51271

2020-2024 © Kementerian Komunikasi dan Informatika RI